Rabu, 30 Mei 2012

INSTRUMENTASI PEREKAMAN LUBANG BOR (LOGGING)


INSTRUMENTASI PEREKAMAN LUBANG BOR


Definisi
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur dengan menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi, pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu “sinyal” (gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti.
Logging dalam pelaksanaannya terdapat dua jenis, yaitu Wireline Log dan Logging While Drilling. Wireline log sendiri merupakan perekaman dengan menggunakan kabel setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa pengeboran telah di angkat. Sedangkan Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat serangkaian komputer, hasilnya juga berupa grafik log di atas kertas. LWD pada dasarnya berguna untuk memberi informasi formasi (resistivitas, porositas, sonic dan gamma ray) sedini mungkin pada saat pemboran.
Gambar wireline log dan logging while drilling

Drilling string atau sering disebut rangkaian pemboran adalah serangkaian peralatan yang disususn sedemikian rupa, sehingga merupakan batang bor, seluruh peralatan ini mempunyai lubang dibagian dalamnya yang memungkinkan untuk melakukan sirkulasi fluida atau mud.
Bagian ujung terbawah dari rangkaian pemboran adalah pahat bor atau bit yang gunanya untuk mengorek atau menggerus batuan, sehingga lubang bor bertambah dalam.
Diatas pahat bor disambung dengan beberapa buah drill colar, yaitu pipa penyambung terdalam susunan rangkaian pemboran, untuk memungkinkan pencapain kedalaman tertentu, makin dalam lubang bor makin banyak jumlah drill pipe yang dibutuhkan.
Diatas drill pipe disambung dengan pipa kelly, yang bertugas meneruskan gerakan dari rotary table untuk memutar seluruh rangkaian pemboran.
Diatas kelly disambung dengan swivel yaitu sebuah alat yang berfungsi sebagai tempat perpindahan gerakan putar dan gerakan diam dari system sirkulasi , fluida pemboran melalui pipa bertekanan tinggi, bagian atas dari kelly ada bail untuk dikaitkan ke HOOk supaya memungkinkan turun seluruh rangkaian pemboran.
Peralatan – peralatan lain yang melengkapi susunan rangkaian pemboran :
·         Bit sub adalah sub penyambung antara pahat dengan drill colar
·         Float sub adalah sub penyambung yang dipsang bit sub dan drill colar, berfungsi untuk menutup semburan /tekanan formasi kedalam rangkaian pemboran secara otomatis.
·         Stabilizer adalah alat yang dipasang pada susun drill colar, yang berfungsi untuk menstabilkan arah lubang bor dan mengurangi kemungkinan terjepitnya rangkaian pemboran yang diakibatkan oleh diferensial pressure.
·         Kelly saver sub, adalah alat yang dipasang dibagian ujung bawah kelly, berfungsi untuk melindungi ulir kelly agar tidak cepat rusak.
·         Lower kelly cock adalah alat yang dipasang antara kelly dan kelly saver sub, befungsi untuk alat penutup semburan /tekanan dari dalam pipa pada saat posisi kelly diatas Rotary Table.
·         Upper Kely cock adalah alat yang dipasang diantara kelly dan swivel, berfunsi untuk menutup semburan/tekanan dari dalam pipa saat kelly down.
Operasional Logging
1.   Logging unit dan personil harus siap di sekitar lobang bor setidaknya setengah jam menjelang pemboran selesai.
2.     Petugas logging harus dilengkapi/memakai film badge yang sudah dikalibrasi di instansi yang terkait, atau ada dosimeter yang selalu dibawa dalam kegiatan logging (bisa cukup dosimeter saku)
3.     Sumber radiasi selalu jauh dari kerumunan manusia
4.     Detektor senantiasa dikalibrasi bila geologist memandang perlu kalibrasi.
5.     Saat probe menjelang dimasukan ke lobang sumur, jendela sumber radiasi senantiasa menghadap ke tempat yang tidak ada manusia
6.     Walaupun pendaran radiasi sangat kecil, tetapi tidak dibenarkan meremehkan efek dari radiasi. Hal yang harus diingat bahwa bagi manusia ambang maksimal yang dibolehkan terkena radiasi hanya 5,000 miliram pertahun. Sehingga meminimalkan terkena radiasi harus diusahakan sebisa mungkin.
7.     Setelah juru bor menyatakan proses pemboran selesai sesuai permintaan geologist, maka segera probe masuk ke lobang bor.
8.     Peralatan bor baru boleh pindah ke lokasi berikutnya setelah probe berhasil mencapai dasar sumur atau sudah mencapai kedalaman yang diinginkan oleh geologist..
9.     Log yang diperlukan adalah Double Gamma Density, Natural Gamma Dan Kaliper.
10.   Untuk LSD (Quality Log) Dibuat Scala 1 : 100 sementara untuk SSD (Thickness Log) dibuat Scale 1 : 20 atau 1 : 25. Pembedaan scala harus didasarkan pada perbedaan kecepatan perekaman. Dimana untuk LSD sekitar 6 meter permenit sementara untuk detail scale sekitar 2 meter permenit. Atau hal ini bisa dibicarakan dengan logging engineer.
11. Setelah perekaman selesai dan ujung probe sudah sampai ke permukaan, segera sumber radiasi dimasukkan kembali ke container dan diamankan dengan jarak aman.
12. Sumber radiasi disimpan di camp jauh dari tempat manusia berada. Sebaiknya disimpan dalam lobang tanah yang digali husus sehingga mudah mengeluarkan dan menyimpan. Posisi lobang ini tetap harus jauh dari tempat orang-orang berada.

Log Listrik
Prinsip dasar dari log listrik (electrical log) adalah mengukur besarnya tegangan dan arus dari suatu interval batuan dengan ketebalan tertentu. Log listrik digunakan untuk mengetahui sifat kelistrikan batuan serta jenis kandungan yang ada dalam pori-porinya. Dari pengukuran arus listrik dan tegangan yang di lewatkan interval batuan tersebut di atas dapat diketahui  tahanan (resistivitas)nya. Jadi alat yang di masukkan dalam lubang bor berfungsi sebagai elektroda arus dan elektroda tegangan.
Pengembangan lebih lanjut dari log listrik adalah yang disebut sebagai log induksi (induction log). Log Induction yaitu log yang bekerja pada lumpur air tawar dengan resistivitas formasi < 200 0hm – m, dan Rmf / Rw > 2.0. Alat induction menentukan resistivitas dengan cara mengukur konduktivitas batuan. Dalam kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi dengan amplitude konstan yang akan menimbulkan medan magnet dalam batuan. Medan magnet ini menimbulkan arus Eddy atau arus Foucault pada gambar di bawah. Besarnya arus ini sama dengan konduktivitas batuan.
Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika:
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm – m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka alat lateralog di anjurkan untuk dipakai.
Log induksi digunakan untuk mendeteksi konduktivitas formasi yang selanjutnya dikonversi dalam satuan resistivity. Pengukuran dengan log induksi banyak menggunakan parameter dan korelasi grafik. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang valid sehingga mempermudah analisa.
Gambar prinsip kerja log induksi

Log SP
SP log merupakan pencatatan perbedaan potensial antara elektrode tetap di permukaan dengan elektrode yang bergerak di dalam lubang bor, terhadap kedalaman lubang bor.
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan logging dengan berbagai jenis alat log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log Radioaktif serta berbagai jenis log lainnya. tahap pertama dalam analisa log adalah mengenal lapisan permeable dan serpih yang non permeable. Log yang digunakan adalah Spontaneous Potential (SP) Log.
Log SP merupakan rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang tetap dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun, pada sebuah lubang sumur yang terdiri dari lapisan permeable dan non permeable. Secara alamiah karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya dapat mengalir di sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang bor. Pada lapisan serpih yang tidak terdapat aliran listrik, potensialnya adalah konstan dengan kata lain pembacaan log SP nya rata.
Kegunaan dari log SP adalah untuk :
·         Identifikasi lapisan-lapisan permeabel
·         Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batasan lapisan itu.
·         Menentukan nilai resistivitas air formasi, Rw
·         Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih
Pengukuran log SP dilakukan dengan cara menurunkan / memasang suatu alat / tool ke dalam lubang dan di permukaan. Dimana suatu elektroda diturunkan ke dalam lubang sumur lalu alat tersebut akan merekam potensial listrik pada berbagai titik dengan reference potensial elektroda di permukaan tanah. Lumpur yang digunakan harus bersifat conductif. Logging speed yang dicapai alat ini bisa mencapai 1500 m/hr.
Kelebihan dan Kekurangan Log SP. Log SP memiliki kelebihan – kelebihan sebagai berikut :
1. Bereaksi hanya pada lapisan permeable
2. Mudah pengukurannya
3. Sebagai indicator lapisan permeable dan non permeable
4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan non permeable

Adapun kekurangan – kekurangan dari Log SP yaitu :
1. Tidak bekerja pada oil base mud
2. Tidak bereaksi bila Rmf = Rw
3. Dapat terpengaruh arus listrik
4. Tidak berfungsi baik pada formasi karbonat.

Log Sinar Gamma
a.      Sinar Gamma Alamiah
Gambar. log gamma alamiah
Gamma Ray Log adalah suatu kurva dimana kurva tersebut menunjukkan besaran intensitas radioaktif yang ada dalam formasi.
·         Kegunaan log Gamma Ray :
·         Evaluasi kandungan serpih
·         Menentukan lapisan permeabel
·         Evaluasi biji mineral yang radioaktif
·         Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif
·         Korelasi log pada sumur berselubung
·         Korelasi antar sumur
Bergantung pada jenis sumber dan sensor sinar gamma yang dipakai pada berbagai macam alat logging, maka perhitungan ini bisa berupa perhitungan kandungan alami sinar gamma di formasi, ataupun perhitungan jumlah sinar gamma yang kembali ke sensor setelah ditembakkan sensor ke formasi. Apapun jenis sensor yang dipakai, sinar gamma digunakan untuk melihat kandungan radiokatif yang ada di formasi. Selain itu, pada aplikasi sensor densitas, sinar gamma juga dipakai untuk menghitung tingkat densitas formasi.
Sinar gamma umumnya dipakai untuk membedakan lapisan batuan pasir (sand) dan batuan lempung (shale). Sebagai aturan dasar, bahwa sand umumnya memiliki kandungan radioaktif yang lebih sedikit daripada shale. Namun hal ini tidak mesti terjadi pada semua tipe formasi, di berbagai belahan dunia, kandungan radioaktif juga banyak didapatkan di sand, yang kemudian dikenal dengan nama dirty sand. Untuk mempermudah pemahaman tentang sinar gamma kita bisa mengambil aturan dasar yaitu semakin tinggi nilai sinar gamma maka semakin banyak kandungn shale di formasi, begitu pula sebaliknya. Hal ini akan sangat baik jika dikombinasikan dengan data resistivitas untuk melihat apakah bisa disimpulkan bahwa nilai sinar gamma yang tinggi menunjukkan adanya shale dan sebaliknya.
Prinsip kerja Log GR. Di alam terdapat banyak bahan dasar yang secara alamiah mengandung radioaktifitas, yaitu Uranium (U), Thorium (Tho) dan Potasium (K). Radioaktifitas GR berasal ketiga unsur radioaktif tersebut yang secara kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa – pulsa energi radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan waktu (cacah GR).  Alat untuk mengukur GR ada dua macam, yaitu :
1. Standart Gammaray Tool (SGT)
2. Natural Gammaray Spectometry Tool (NGT)
SGT mengukur semua GR alamiah yang timbul, depth of investigation SGT kira – kira 10 inchi dan vertical resolutionnya 10 inchi sedangkan NGT selain mengukur semua GR, juga mengukur energi GR dan menentukan konsentrasi 3 macam elemen radiaktif yang biasa ada di alam yaitu ; Uranium (Ur235/238), Potassium (isotop 19K40), Thorium (Th 232) dimana depth of investigationnya kira – kira 15 inchi dan vertical resolutionnya 15 inchi. Adapun alat lain yang digunakan yaitu Induced Gammaray Tools, dalam alat ini dipasang sebuah sumber radioaktif yang memancarkan gammaray dengan energi tinggi. Contohnya adalah alat density log, seperti ; FDC – Formation Density Compensated, dan LDT – Litho Density Tool.






b.      Sinar Gamma Untuk Pengukuran Densitas
Gambar. log gamma untuk pengukuran densitas
Densitas adalah jumlah massa per satuan volum. Sedangkan Densitas Bulk adalah hitungan kotor berat jenis secara total atau rata-rata per satu satuan. Dalam hal ini kita berbicara entang jumlah massa per satuan volum formasi.
Untuk menentukan densitas bulk ini kita bisa menggunakan aplikasi sinar gamma. Namun sinar gamma yang dimaksud di sini adalah sinar gamma yang ditembakkan ke formasi dan bukan sinar gamma yang secara alami terkandung di formasi. Efek sinar gamma yang bisa kita analisa untuk menghitung densitas adalah Efek Hamburan Compton dan Efek Serapan Fotolistrik.
Sebagai aturan dasar adalah semakin banyak kandungan elekron suatu materi maka semakin tinggi nilai densitas materi tersebut.
Ketika sinar gamma energi-sedang menjalar dan berinteraksi dengan atom, sebagian energinya dipakai untuk melempar elektron keluar dari jalur orbitnya dan sinar gamma-pun mengalami penurunan tingkat energi menjadi tingkat energi-lemah yang kemudian ia menjalar lagi, efek ini dikenal dengan nama Hamburan Compton. Ketika sinar gamma energi-lemah ini menjalar kembali dan berinteraksi dengan atom lainnya, karena tingkat energinya yang rendah maka ia terserap oleh atom tersebut, efek ini dikenal dengan nama Serapan Fotolistrik. Kedua efek ini berkaitan langsung dengan jumlah elektron yang terkandung di salam suatu atom. Semakin banyak elektron, semakin sedikit sinar gamma yang bisa menjalar karena efek hamburan dan serapan tadi.
Dengan begitu, semakin sedikit pula sinar gamma yang bisa kembali ke sensor yang ada di alat LWD. Sensor ini menghitung spektrum energi untuk menentukan seberapa banyak sinar gamma tingkat energi-sedang yang kembali ke sensor dan seperti apa tingkat energi sinar gamma tersebut. Semakin sedikit sinar gamma yang kembali ke sensor, berarti semakin banyak sinar gamma yang hilang berinteraksi dengan atom di formasi, yang menunjukkan banyaknya kandungan elektron di formasi tersebut atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat densitas formasi tersebut.
Lalu bagaimana hubungan densitas ini dengan keberadaan hidrokarbon di formasi? Alat LWD beroperasi berdasarkan asumsi bahwa densitas bulk alat sama dengan densitas bulk formasi. Namun pada kenyatannya teknik perhitungan ini tidak sama, karena alat LWD menghitung densitas bulk bedasarkan jumlah elektron pada suatu volum materi, sedangkan densitas bulk formasi bergantung terhadap berat atom atau jumlah proton dan neutron dalam suatu volum materi. Untuk itu perlu dicari perumusan yang menghubungkan antara densitas bulk alat LWD dan densitas bulk sebenarnya di formasi.
Berikut solusinya, silahkan dicermati secara pelan-pelan, ini tidak rumit tapi butuh daya tangkap yang bagus untuk mengerti algoritma perhitungannya:
  1. Kita definisikan jumlah elektron setiap satu gram atom,
  2. Kita definisikan jumlah elektron setiap satu gram,
  3. Kita definisikan jumlah elektron setiap sentimeter kubik,  dimana  densitas bulk formasi, dengan begitu Ne bisa kita sebut sebagai densitas elektron.
  4. Berdasarkan densitas elektron bisa kita definisikan indeks elektron sebagai, , dengan begitu RHOE bisa kita sebut sebagai jumlah elektron pada suatu volum tertentu.
  5. Dari perumusan di atas bisa kita sederhanakan menjadi,
  6. Pada sebagian besar elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran, berat atom setara dengan dua kali nomor atom, atau dengan kata lain, jumlah proton dan neutron pada suatu atom setara dengan dua kali jumlah elektron pada atom tersebut, . Jadi perumusan  bisa disederhanakan menjadi,  ini kita rumuskan untuk sebagian besar elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran.
  7. Sedangkan densitas bulk LWD seperti yang dijelaskan di atas adalah berdasarkan jumlah elektron atau indeks densitas elektron, , dimana  adalah densitas bulk LWD.
  8. Sehingga bisa disimpulkan bahwa  atau densitas bulk LWD adalah setara dengan densitas bulk formasi.
Coba dilihat kembali bahwa, hal ini adalah benar pada hampir semua elemen yang ditemukan di lingkungan pengeboran, tapi tidak benar pada hidrogen. Karena hidrogen memiliki 1 proton, 1 elektron, dan tidak memiliki neutron. Jadi pada hidrogen perbandingan algoritma tersebut tidak sama dengan 1. Ini sangat penting bagi kita karena hidrogen terkandung di hidrokarbon dan air. Jadi ketika hidrogen terkandung di suatu formasi, maka  tidak akan sama dengan .Untuk mengatasi masalah perhitungan ini saat ditemukan kandungan hidrogen, maka dilakukan eksperimen untuk menentukan hubungan  dan  saat hidrogen terdapat di formasi. Yaitu dengan meletakkan alat pada suatu lempengan batuan kapur yang sudah diketahui porositasnya sekitar 0% sampai 40%, kemudian pori-porinya diisi dengan air. Melalui eksperimen ini ditemukan hubungan , yang dipakai Schlumberger untuk menghitung  saat alat LWD berada di lingkungan yang mengandung hidrogen. Eksperimen juga dilakukan menggunakan lempengan batuan pasir dan dolomite, karena ketiga jenis batuan ini yang paling sering ditemukan di lingkungan pengeboran. Dengan hasil eksperimen tersebut maka semua alat LWD Schlumberger yang menghitung densitas harus dikalibrasi berdasarkan standard ini. Air dan minyak memiliki kandungan hidrogen yang hampir sama, sehingga tidak perlu adanya koreksi terhadap hasil perhitungan. Namun ketika alat LWD melintasi bebetuan yang berbeda semisal batuan garam dan gipsum, maka butuh sedikit koreksi terhadap hasil perhitungan densitas formasi yang diperoleh alat LWD, karena algoritma yang dipakai hanya diperuntukkan untuk jenis batuan kapur, pasir dan dolomite.
Semua hasil perhitungan ini adalah tidak mesti tepat karena adanya faktor-faktor di lingkungan pengeboran yang berubah dari waktu ke waktu juga akan mempengaruhi perhitungan. Koreksi-koreksi ini sangat penting adanya untuk ketepatan hasil akhir perhitungan parameter fisis yang akan diberikan kepada klien. Koreksi ini berbeda-beda antara satu perhitungan dengan perhitungan lain, misalnya pada sinar gamma kita harus koreksi dengan besarnya diameter sumur, berat jenis lumpur bor, kandungan potasium dan besarnya diameter alat. Porositas memiliki koreksi yang paling rumit karena sangat bergantung pada banyak faktor lingkungan pengeboran yang berubah setiap saat, seperti suhu di dalam sumur, tingkat ke-asinan formasi dan lumpur, jenis matrik formasi, besarnya diamter lubang sumur, indeks hidrogen formasi, dsb.
Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor sehingga berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya densitas juga dipengaruhi oleh kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik.

Log Netron
Gambar. log netron (kanan: netron tunggal ; kiri: netron ganda)
Pada Netron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi besar maka semua partikel neutron akan mengalami penurunan energi serta tertangkap tidak jauh dari sumber radioaktifnya. Hal yang perlu digarisbawahi bahwa netron hidrogen tidak mewakili porositas batuan karena penentuannya didasarkan pada konsentrasi hidrogen. Netron tidak dapat membedakan antara atom hidrogen bebas dengan atom hidrogen yang secara kimia terikat dengan mineral batuan, akibatnya pada formasi lempung yang banyak mengandung atom-atom hidrogen didalam susunan molekulnya seolah-olah mempunyai porositas tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kurva Netron Log adalah shale atau clay dimana semakin besar konsentrasinya dalm lapisan permeable akan memperbesar harga porositas batuan. Kekompakan batuan juga akan mempengaruhi defleksi kurva Netron Log dimana semakin kompak batuan tersebut maka harga porositas batuan akan menurun dan kandungan fluida yang ada dalam batuan apabila mengandung minyak dan gas maka akan mempunyai harga porositas yang relatif kecil, sedangkan air asin atau air tawar akan memberikan harga porositas neutron yang mendekati harga porositas sebenarnya.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu menembakkan partikel neutron berenergi tinggi kedalam formasi secara terus menerus dan konstan dari suatu sumber radioaktif.
Netron log ini dapat digunakan sebagai porositas tool pada batuan dengan porositas rendah sampai sedang, dan dapat juga digunakan untuk korelasi batuan.

Log Sonik
Gambar. log sonic
Log sonik merupakan  log yang digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan sebagaimana pada log densitas dan log netron. Log sonik menggambarkan waktu kecepatan suara yang dikirimkan / dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver.
Kecepatan suara melalui formasi batuan tergantung terutama oleh matriks batuan serta distribusi porositasnya. Kecepatan suara pada batuan dengan porositas nol dinalakan kecepatan matriks
Sonik log digunakan untuk mengukur porositas batuan formasi dengan cara mengukur interval transite time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang suara untuk merambat didalam batuan formasi sejauh satu feet.

Prinsip Kerja Log Sonik
• Alat sonik mengukur kecepatan suara / sonik dalam formasi
• Transmitter memancarkan suatu “ pressure pulse” berfrekuensi 25 Hz
• Pulsa ini menghasilkan 6 gelombang, yaitu :
Gelombang kompresional dan gelombang refraksi shear yang merambat dalam formasi.  Dua gelombang langsung sepanjang sonde dan di dalam mud. Dua gelombang permukaan sepanjang dinding lubang sumur (Pseudo Rayleigh dan Stoneley)
• Laju / kecepatan gelombang – gelombang itu antara 4000 sampai 25 000 ft / sec tergantung pada litologi
• Sebuah gelombang compressional merambat dari transmitter via mud ke formasi, lalu merambat dalam formasi, lalumerambat dalam mud lagi untuk mencapai receiver
• Transmitter memancarkan satu pulsa
• Suatu rangkaian electronic mengukur waktu dari pulsa ini sampai waktu dimana “the first negative excursion” dideteksi oleh near receiver
• Transmitter memancarkan satu pulsa lagi
• Diukur waktu dari pulsa kedua sampai waktu dimana “the first negative excursion” dideteksi oleh far receiver.
Beda antara kedua waktu tadi lalu dibagi dengan jarak antara receiver – receiver ( span ) sebesar dua ft menghasilkan formation transit times sec / ft ).m dalam microseconds / ft.

3 komentar:

  1. gan saya minta tolong donk fungsi standpipe, liner hansi dan abondan,,,

    BalasHapus
  2. Trima kasih atas berbagi ilmunya khususnya di bidang instrumentasi Oil and Gas berbahasa indonesia, sangat cocok dipadukan dengan materi Oil dan Gas lainnya baik Instrumentnya maupun Geo Scienc/Eng seperti:
    http://rendhz.blogspot.com/
    http://rendhz.blogspot.com/2014/04/pengertian-dasar-minyak-dan-gas.html
    http://solderhangat.wordpress.com/
    http://cahayabelida.blogspot.com/2011/04/pengertian-dasar-petroleum-migas.html
    https://nanangsugiarto.wordpress.com/2008/03/25/dasar-dasar-teknik-reservoir-2/
    http://www.scribd.com/doc/50684050/Pengantar-Teknik-Perminyakan

    Harapan kita terwujud satu web terbuka tentang Pengetahuan Praktis Oil and Gas berbahasa Indonesia, kita tunggu tulisan berbagai lini keilmuan praktis seperti Petrololeum Eng, Geologys, Geophysic, Geoservices Data processing, Field Engineer Wireline, Instrument Enggineer Wireline, Instrument Engineer Process, Mud Logging Service, Production Logging Services, Cementing Engineer, Rig Technology, dll...

    BalasHapus
  3. Brp harga loging test, tlg info contact person ?

    BalasHapus